Helmi Yahya Marah Besar Soal Kopi Indonesia
Di sebuah grup WA yang kami ikuti, seseorang mengirimkan video yang bertajuk (Helmi Yahya) Marah Besar Kenapa ‘Nggak Menemukan Kopi Indonesia di Luar Negeri?
Menurut Helmi di videonya ...
Kopi Indonesia terkenal enak dan nikmatnya, serta bermacam rasa dari berbagai daerah di sini, berbeda dengan Vietnam atau negara lain yang hanya punya satu jenis. Kopi kita terkenal eksotismenya, namun kita hanya pengeskpor kopi nomor 5 di dunia, bahkan kalah dari Vietnam. Ketika di Dresden, Jerman, ada penjual yang menjual beraneka ragam kopi dari segala penjuru dunia, tetapi tidak ditemukan kopi dari Indonesia di sana, dia marah besar!
Selidik punya selidik, tidak ditemukannya Kopi Indonesia di luar negeri karena ternyata susah mengurus izinnya.
Sebagaimana yang tertera di caption satire kiriman video yang kurang lebih bunyinya ... belum tahu dia (Helmy Yahya) kalau susah urus izin ekspor itu memang ciri khas 🇮🇩 (Indonesia) ....?! 🥴
Di samping susah urus izin, ada 3 permasalahan lain yang dia temukan:
- Kualitas tidak merata
Kopi yang dihasilkan dari berbagai daerah ini tidak merata kualitasnya dan kontrol kualitasnya pun kurang. - Kapasitas kecil-kecil
Meski banyak dan bermacam jenis, sulit diperdagangkan secara massal. - Kontinuitas
Tidak bisa dihasilkan sepanjang tahun.
Kita punya 270 juta penduduk yang memang banyak menyerap kopi lokal, namun harapannya brand-brand kopi Indonesia ke luar negeri, jangan kalah dengan Vietnam pun Korea. Jangan jadi jago kandang!
Pemerintah kita, Kementerian Perdagangan atau Pariwisata harus dukung rakyatnya, seperti pemerintah Thailand dahulu mendukung rakyatnya, sehingga di setiap kota di seluruh dunia ada resto Thailand.
Edhi W. Purba membenarkan apa yang disampaikan Helmy Yahya di video bahwa betul, petani kopi di Indonesia menanam kopi hanya sambilan, tidak ada yang luas ... sekitar rata- rata 0,5 hektare. Berkebun kopi hanya selingan termasuk di kampungnya di Karo, Simalungun, Dairi (Sidikalang) di Sumatra Utara, juga bibitnya bukan unggul, asal jadi, kurang perawatan (pemupukan, pemangkasan, dll). Salah satu kendala lain, bertanam kopi, ketika panen ... harus banyak menggunakan tenaga kerjanya, dipetik satu per satu, sehingga biaya panen tinggi, belum ada yang menggunakan mesin. Akhirnya banyak tanaman kopi yang tidak diurus lagi, karena sudah tak menguntungkan. Harga kopi di tingkat petani juga selalu rendah ... petani tidak bergairah berkebun kopi.
Dahulu PTPN di Pulau Jawa menanam kopi secara luas, tetapi rugi ... belum ada petani kopi skala luas di Indonesia ... begitulah masalahnya.
Perlu diajari petani berkebun kopi secara profesional, ini yang tak pernah dilakukan pemerintah ...
Menurut Sugiono Moeljopawiro, ada ahli kopi yang tinggal di Silangit, Surip Mawardi, punya kebun kopi di sana.
Edhi W Purba pun mengenalnya, dahulu Surip Mawardi pernah di Berastagi (kalau tak salah proyek STARBUCKS membina petani kopi). Dia pernah diskusi ... masalahnya petani menanam kopi hanya sambilan, karena harga saat panen selalu murah dibeli eksportir kopi, mungkin kualitasnya jelek. Tetapi dia tidak tahu lagi kabar Surip sekarang.
Edhi juga dahulu eksportir kopi ke Singapura dan Malaysia ... tetapi kontinuitas produksi kopi dan kualitas kopi dari petani jelek, dia berhenti sebagai eksportir. Eksportir kopi di Sumut sudah banyak yang tutup ... karena pasokan dari petani semakin hari semakin sedikit, juga kualitasnya terus menurun.
Jadi eksportir hasil pertanian tidaklah mudah ... harus berani melakukan trial and shipment (percobaan pengiriman), harus berani rugi dahulu ... karena konsumen (pasar) luar negeri ingin kualitas yang baik ... terus menerus.
Sugiono Moeljopawiro, menyampaikan bahwa Surip Mawardi masih di Silangit mengurus kebunnya sendiri, ia pernah menengoknya di Berastagi maupun di Silangit. Dia itu ahlinya kopi nomor 1, mulai dari A-Z.
Edhi W Purba pun menambahkan, harusnya manusia seperti Surip Mawardi sangat tepat diangkat jadi Pimpinan Proyek Kopi oleh Pemerintah RI, karena sangat berpengalaman tentang kopi. Dia pun menyayangkan praktisi kopi seperti Surip Mawardi tidak dipakai oleh pemerintah. Tetapi sepertinya dia tak mau bekerja di pemerintah ... pusing kepala ... lebih baik usaha sendiri seperti sekarang ... lebih asyik.
"Padahal, Kopi kalau dikelola dengan benar, sangat menguntungkan. Karena semua penduduk di dunia suka minum kopi ... hehe," sahutnya sambil terkekeh.
Seperti halnya kelapa yang banyak ditanam oleh (penduduk) masyarakat, meski jumlahnya banyak dan tersebar di seluruh penjuru negeri, kopi adalah tanaman masyarakat, bukan milik industri perkebunan (pemodal) besar sehingga susah berkembang di republik ini.
Karena Pemerintah kita telah berjalan terlalu jauh melenceng dari apa yang digariskan di Undang-Undang Dasar 1945, khususnya Pasal 33 bahwa perekonomian disusun atas usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan, maka tanaman yang secara gotong royong bisa menghasilkan keuntungan bagi masyarakat, bangsa, dan negara seperti kelapa dan kopi tidak bisa berkembang di republik ini.
Rasanya Pemerintah dan MPR (DPR+DPD) perlu menggali kembali apa yang dimaksud para pendiri bangsa ini dengan usaha bersama dan asas kekeluargaan, agar bangsa yang mendekati usia satu abad ini bisa cepat melaju ke cita-cita menuju masyarakat yang adil dan makmur.
4 April 2025 | samidirijono | arsitek |
._
(sumber: grupwa, 09012025)
Leave a Comment