Kali Hitam Berubah Coklat


Hujan yang mengguyur Jakarta dan Bogor di awal tahun 2014 memang luar biasa. Warna air kali yang puluhan tahun hitam pun bisa berubah warna menjadi coklat.

Kali Sunter, Kali Galur, Kali Sentiong, Kali Cijantung, atau Kali Baru itu sama saja, hanya sebutannya saja yang berbeda-beda menyesuaikan nama daerah yang dilewatinya. Ia adalah saluran air buatan yang berada di sebelah Timur dari Sungai Ciliwung sehingga dikenal juga dengan nama Kali Baru Timur. Ada pun posisinya berada di sepanjang Jalan Raya Bogor dan terus ke utara hingga mencapai Laut Jawa. Di daerah Matraman, Jakarta tepatnya di dekat Kebon Pala terdapat sodetan saluran yang menginduk ke Sungai Ciliwung juga.

Entah berawal di mana, yang pasti Kali Baru Timur yang melintasi Jakarta di bilangan Kelurahan Galur hingga Sunter telah puluhan tahun berwarna hitam. Mungkin tak banyak warga yang menyadari perubahan warna air kali yang telah puluhan tahun  berwarna hitam itu kini menjadi coklat.

Sepertinya tak ada catatan sejarah yang mencatat kapan terakhir kalinya air kali ini berwarna coklat, mungkin hanya kali ini sendiri yang tahu sejak kapan warna airnya mulai menghitam.

Pada masa Emil Salim menjadi Menteri Lingkungan Hidup, berkat program kali bersih (Prokasih) yang dijalankan kala itu air kali ini sempat berubah warna, walau belum berwarna coklat, tapi dari yang tadinya hitam mulai berwarna kehijauan. Sayang hal itu tidak berlangsung lama, seiring dengan pergantian kabinet, Prokasih tak berlanjut.

Yang ditinggalkan Emil Salim adalah kali yang tak lagi dipenuhi kotoran atau sampah, hal ini tetap terus terjaga, meski di beberapa bagian terkadang masih terlihat onggokan sampah, namun dari kali yang tadinya penuh dengan sampah hingga orang bisa berjalan-jalan di atasnya, telah berubah menjadi kali yang dapat dilihat airnya.

Setelah sekian lama tak pernah mendapatkan perhatian yang serius, baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, barulah ia mendapatkan perhatian kembali di era pemerintahan Gubernur Joko Widodo atau yang lebih akrab dipanggil Jokowi.

Jokowi sempat menyambangi beberapa sungai dan kali yang ada di Jakarta, guna memantau kondisinya, dengan salah satu tujuannya untuk mengantisipasi banjir. Dan dari hasil pantauan terungkap adanya penyempitan dan pendangkalan akibat endapan, kotoran, atau sampah di hampir semua sungai yang ada di Jakarta, termasuk yang di Kali Baru ini. Sehingga dilaksanakanlah pelebaran serta pengerukan sungai dan kali yang ada di Jakarta, atau yang kita kenal dengan istilah Normalisasi Kali dan Sungai.

Tampaknya alam berpihak pada sang gubernur, dampak hujan lebat yang terjadi di awal tahun 2014 telah mengakibatkan air kali pun berubah warna. Entah karena malu kepada sang gubernur akibat warnanya yang hitam, atau justru itu pernyataan senang dan ungkapan terima kasih dari si kali karena telah mendapat perhatian dari sang Gubernur.  ;)

Segala kemungkinan masih akan terus berlanjut ke pertanyaan, akankah warna coklat ini dapat dipertahankan seterusnya?

Warga yang hidup di sekitar kali ini semoga diberi kesadaran untuk menjaga kebersihan air kali dengan berhenti mencemari. Membuat bak kontrol dan penyaringan sebelum air keluar dari halaman rumah kita pun membantu mengurangi pencemaran air dan lingkungan, dengan tidak lupa membersihkan dan merawatnya secara periodik. Penyaringan air juga dapat dilakukan dengan menggunakan media tanaman yang sekaligus berfungsi sebagai lanskap.

Pemerintah, selain mengadakan pengerukan dan pelebaran, ada baiknya mulai merencanakan dan membuat (minimum) saluran ganda, yang satu untuk saluran air hujan, yang lainnya untuk saluran air limbah yang dilengkapi dengan sentra-sentra pengolahan airnya, paling sedikit diadakan di tiap kecamatan atau bila memungkinkan di setiap kelurahan.

Kali bersih, lingkungan sehat, penduduk pun sehat.

04 Maret 2014 | samidirijono | arsitek |

Tidak ada komentar

Silakan isi komentar Anda di sini, jangan lupa sertakan nama atau e-mail

Diberdayakan oleh Blogger.