Detail Taman Atap

Bagaimana detail Taman Atap dengan beban tanaman hias ringan, tidak terlalu besar untuk rumah tinggal kelas menengah-bawah, dengan bahan (material) umum yang mudah diperoleh pun murah pembuatannya?

Demikian pertanyaan Dwidyatmoko di milis IAI pada tanggal 8 November 2011 lalu. Karena dari beberapa sumber yang diperoleh umumnya ada beberapa bahan/material yang asing atau jarang ditemui di daerah tertentu, seperti lapisan penyaring, lapisan penyerap lembap, lapisan kedap air, lapisan pemisah, insulator panas, pengatur uap air, atau kelembapan.

Keesokan harinya, Supena Krisnadi menjawab, bahwa untuk perihal roof garden (taman atap), menurutnya ada 2 hal yang perlu perhatian khusus, yakni:
  • sisi konstruksi, yakni pentingnya membuat selubung bangunan kedap air dan saluran-saluran air dalam mendesain roof garden itu.
  • sisi lanskap, yakni pemahaman mengenai jenis media tanam, lapisan-lapisannya dan tingkat keasaman tanah

Untuk sisi konstruksi, dia lebih merasa nyaman menggunakan aditif pada beton atap di bawah roof garden itu untuk membuatnya lebih tahan air. Banyak produk yang tersedia di pasar, ada AM, Sika, Shell, dll.

Setelah beton tadi, biasanya ditambahkan juga waterproofing membrane. Bisa berupa lembaran bitumen, atau pun komposit dengan serat fiber. Keduanya banyak juga di pasaran.

Setelah ini, dahulu populer dipakai geo-textile, yang bentuknya seperti kain polyester untuk menahan agar kotoran dari tanah tidak menyumbat saluran pembuangan air. Sekarang ada produk lain seperti modul-modul kotak dari bahan turunan plastik yang didesain khusus sehingga bisa mengalirkan air tapi tetap menahan media tanah (agregat) di atasnya tidak ikut terbawa air.

Selanjutnya baru lapisan-lapisan media tanamnya. Media tanam ini sangat tergantung dari jenis dan spesies tanaman hias yang akan dipakai.

Disarankan untuk konsultasi dengan ahli tanaman di daerah Anda, karena media ini biasanya dikombinasi dengan lapisan pasir untuk menjaga tingkat kelembapannya. Mereka lebih paham untuk spesies-spesies tertentu berapa nilai minimum ketebalan media tanam dan media pasir sehingga sesuai dengan perkiraan beban terhadap struktur yang kita sudah tentukan.

Penting juga diketahui nilai keasaman dari media tanam tersebut agar sesuai kebutuhan tanaman yang dipakai.

Untuk tanaman jenis rumput, biasanya mereka akan stres pada masa awal penanaman, sehingga untuk masa-masa awal akan terlihat mati. Tapi jika komposisi-komposisinya benar (berarti akarnya tidak busuk) mereka akan tumbuh kembali setelah 1-3 bulan penanaman. Untuk tanaman hias lain, kasusnya spesifik, sesuai spesiesnya.

Hal-hal tersebut cukup mencakup pertanyaan-pertanyaan mengenai lapisan penyaring (geo-textile/modul block), lapisan kedap air (bitumen/komposit fiber), penyerap/pengatur kelembapan (pasir).

Sedangkan untuk insulator panas sendiri, penerapan roof garden sebenarnya sudah merupakan upaya pembuatan insulator terhadap panas. Jika hal ini terasa kurang, baru bisa ditambahkan bahan insulator lain, bisa di atas atau pun di bawah bahan lantai itu (polystyrene, phenolic, coconut fibre, cellulose fibre, dll).

Dapat dipahami kalau ada ketidakmerataan ketersediaan bahan bangunan atau teknologi bangunan di Indonesia, untuk itu bisa diambil prinsip-prinsip utamanya saja.

Sisi kontrol dari bahan dan teknik pengecoran beton, pencari substitusi waterproofing membrane yang tersedia secara lokal, dan penggunaan bahan penahan agar kotoran-kotoran tanah tidak terbawa air (mungkin perlu trial error research beberapa minggu).

Sedangkan untuk media tanam dan jenis tanaman, Supena Krisnadi merasa bahwa hal itu bisa disesuaikan dengan "daerah" di mana lokasi itu berada. Dia percaya pemilihan organisme lokal tentunya lebih sesuai dengan habitat lain di sekelilingnya, sehingga adaptasinya terhadap faktor cuaca dan siklus ekosistemnya lebih teruji.

Putu Okadiputra pun menambahkan berdasar pengalamannya dengan cara lebih tradisional dan lebih ekonomis. Untuk susunan lapisan dari beton ke atas dapat dilakukan sebagai berikut.
  1. Beton dibuat dengan baik sehingga tidak bocor, ini berkaitan dengan penulangan/pembebanan, metode pengecoran, dan kemungkinan penambahan aditif seperti disebutkan Supena Krisnadi.
  2. Leveling beton atau screed harus baik untuk memungkinkan air tidak menggenang dan mengalir tanpa hambatan.
  3. Menempatkan concrete block atau bata lepasan di atas beton dengan spasi antara mereka sehingga luas permukaan yang tertutup concrete block kira-kira 50%, jarak di antara conblock (bata) akan menjadi jalur lewat air lebih.
  4. Jarak di antaranya diisi dengan kerikil 3-4 cm diameter
  5. Di atasnya diisi sekam padi sampai kira-kira 5-10 cm di atas level conblock. Sekam padi berfungsi sebagai pengganti geo-textile.
  6. Lalu diisi dengan media tanam, pengalaman saya bisa sampai 40 cm dalam.

Cara ini lebih tradisional, kekurangannya adalah penambahan ketebalan yang cukup banyak. Namun sudah dicoba dan bekerja baik tanpa bocor dalam 3 tahun ini, demikian diungkap Putu. Berbagai tanaman pun bisa ditanam dengan baik antara lain, rumput, paku-pakuan, kemboja Jepang, lee kwan yew.

Atap hijau, udara pun segar.


12 November 2011 | samidirijono | arsitek |

Tidak ada komentar

Silakan isi komentar Anda di sini, jangan lupa sertakan nama atau e-mail

Diberdayakan oleh Blogger.