Indonesia yang Tidak Mengindonesia?
Ada perasaan sangat bangga membaca judul dan kalimat pertama di harian Kompas 7 Mei 2011 bahwa Universitas Indonesia mengenalkan perpustakaan yang diklaim sebagai terbesar di dunia.
Namun apabila berita itu benar, sungguh sangat sedih tatkala membaca kalimat selanjutnya "Perpustakaan dengan nama The Crystal Knowlegde...". Mengingat, universitas yang menyandang nama bangsa ini menamakan gedungnya dengan bahasa asing!
Mudah-mudahan bukan karena arsitektur gedung ini yang "konon kabarnya" mirip dengan salah satu desain gedung yang ada di negara lain maka mungkin tak diperlukan penggunaan bahasa Indonesia.
Atau, sedemikian jelek dan burukkah bahasa Indonesia bagi kita sehingga sebuah universitas yang menyandang nama bangsa dan negara pun seakan melupakan jati dirinya?
Tiadakah padanan kata itu dalam bahasa Indonesia? Malas mencari? Atau bahasa Indonesia memang sungguh sangat memalukan, kolot, ketinggalan zaman?!
Benarkah tiada lagi sisa makna arti sumpah pemuda di mata yang disebut sebagai kaum intelektual ini?
Masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang bermunculan secara serempak dan bertalu-talu di kepala.
Kalau kita saja sudah tidak bangga menggunakan bahasa persatuan kita sendiri, perlukah orang lain juga memperhatikan bahasa kita?
Yang acap terjadi adalah banyak yang sangat paham bahkan meng-kritisi terhadap penggunaan kaidah atau tata bahasa asing yang salah. Namun entah disengaja atau tidak, di antara mereka inilah yang justru terkesan tak peduli dengan penggunaan kaidah dan tata bahasa Indonesia.
Padahal satu-satunya alat yang masih mempersatukan kita sebagai bangsa yang satu hingga saat ini adalah bahasa Indonesia
Sungguh menyedihkan nasib bangsa ini. Di tengah keterpurukan dan kegalauan seperti saat ini tampaknya kian sedikit rakyatnya yang peduli untuk membangun kembali kepercayaan dan kemampuan diri kita.
Mungkin sudah saatnya kita bubarkan bangsa ini bila kita tak bisa lekas sadar akan makna berbangsa dan bernegara di bumi ini.
Bukan tidak boleh kita menggunakan bahasa asing, bahkan sangatlah baik bila kita mampu menguasai beberapa asing dengan baik. Namun penempatan dan penggunaannya haruslah di tempat tepat.
Mari kita junjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
08 Mei 2011 | samidirijono | arsitek |
Namun apabila berita itu benar, sungguh sangat sedih tatkala membaca kalimat selanjutnya "Perpustakaan dengan nama The Crystal Knowlegde...". Mengingat, universitas yang menyandang nama bangsa ini menamakan gedungnya dengan bahasa asing!
Mudah-mudahan bukan karena arsitektur gedung ini yang "konon kabarnya" mirip dengan salah satu desain gedung yang ada di negara lain maka mungkin tak diperlukan penggunaan bahasa Indonesia.
Atau, sedemikian jelek dan burukkah bahasa Indonesia bagi kita sehingga sebuah universitas yang menyandang nama bangsa dan negara pun seakan melupakan jati dirinya?
Tiadakah padanan kata itu dalam bahasa Indonesia? Malas mencari? Atau bahasa Indonesia memang sungguh sangat memalukan, kolot, ketinggalan zaman?!
Benarkah tiada lagi sisa makna arti sumpah pemuda di mata yang disebut sebagai kaum intelektual ini?
Masih banyak pertanyaan-pertanyaan lain yang bermunculan secara serempak dan bertalu-talu di kepala.
Kalau kita saja sudah tidak bangga menggunakan bahasa persatuan kita sendiri, perlukah orang lain juga memperhatikan bahasa kita?
Yang acap terjadi adalah banyak yang sangat paham bahkan meng-kritisi terhadap penggunaan kaidah atau tata bahasa asing yang salah. Namun entah disengaja atau tidak, di antara mereka inilah yang justru terkesan tak peduli dengan penggunaan kaidah dan tata bahasa Indonesia.
Padahal satu-satunya alat yang masih mempersatukan kita sebagai bangsa yang satu hingga saat ini adalah bahasa Indonesia
Sungguh menyedihkan nasib bangsa ini. Di tengah keterpurukan dan kegalauan seperti saat ini tampaknya kian sedikit rakyatnya yang peduli untuk membangun kembali kepercayaan dan kemampuan diri kita.
Mungkin sudah saatnya kita bubarkan bangsa ini bila kita tak bisa lekas sadar akan makna berbangsa dan bernegara di bumi ini.
Bukan tidak boleh kita menggunakan bahasa asing, bahkan sangatlah baik bila kita mampu menguasai beberapa asing dengan baik. Namun penempatan dan penggunaannya haruslah di tempat tepat.
Mari kita junjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
08 Mei 2011 | samidirijono | arsitek |
Leave a Comment