Edhi Sunarso
Generasi kita sekarang pasti tak banyak yang tahu siapa Edhi Sunarso, bahkan boleh jadi hanya segelintir orang di Jakarta yang mengenalnya, meski bisa dipastikan juga, hanya segelintir orang di Jakarta yang tidak mengenal karya Edhi Sunarso.
Edhi Sunarso dilahirkan pada tanggal 2 Juli 1932 di Salatiga, Jawa Tengah dan dia adalah pematung Indonesia pertama yang menggunakan bahan logam (perunggu) untuk mencetak patung berskala besar.
Tidak aneh rasanya bila tidak banyak orang yang mengenalnya, karena namanya memang jarang dipublikasikan walau karya-karya beliau telah berjaya sejak tahun 1960-an. Dan menjadi ironis, bila mengingat salah satu karyanya justru yang kini senantiasa dijadikan tempat unjuk rasa di Jakarta, bahkan kerbau pun pernah ikut serta menjadi maskot unjuk rasa di sana.
Siapa yang tidak mengenal patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia (HI), yang belakangan ini juga selalu menjadi pusat berkumpulnya penduduk Jakarta di saat merayakan malam tahun baru dengan gratis? Itulah salah satu karya patung monumental Edhi Sunarso!
Masyarakat kita sangat haus akan ruang publik yang dapat dinikmati secara nyaman dan gratis. Semenjak Monumen Nasional atau Monas dipenjarakan (baca: dipagari) maka masyarakat tidak lagi leluasa untuk mendekatinya, sehingga konsentrasi massa pun beralih ke Bundaran HI di mana patung Selamat Datang ini ditempatkan.
Dua buah karya monumental lainnya yang mengisi ruang arsitektur kota Jakarta yakni patung Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng dan patung Dirgantara di Pancoran yang nasibnya sedikit mengenaskan karena kini terhimpit di antara dua jalan layang.
Nasib patung Dirgantara di Pancoran mungkin masih lebih baik dibandingkan dengan patung Banteng yang seharusnya ada di keempat penjuru tugu Monas.
Edhi Sunarso, maestro seni patung monumental yang karyanya jauh lebih dikenal dibandingkan sosok diri pembuatnya.
| 22 Agustus 2010 | samidirijono | arsitek |
(Pameran Monumen karya Edhi Sunarso di Galeri Salihara, Pejaten, Jakarta dari tanggal 14-28 Agustus 2010)
Edhi Sunarso dilahirkan pada tanggal 2 Juli 1932 di Salatiga, Jawa Tengah dan dia adalah pematung Indonesia pertama yang menggunakan bahan logam (perunggu) untuk mencetak patung berskala besar.
Tidak aneh rasanya bila tidak banyak orang yang mengenalnya, karena namanya memang jarang dipublikasikan walau karya-karya beliau telah berjaya sejak tahun 1960-an. Dan menjadi ironis, bila mengingat salah satu karyanya justru yang kini senantiasa dijadikan tempat unjuk rasa di Jakarta, bahkan kerbau pun pernah ikut serta menjadi maskot unjuk rasa di sana.
Siapa yang tidak mengenal patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia (HI), yang belakangan ini juga selalu menjadi pusat berkumpulnya penduduk Jakarta di saat merayakan malam tahun baru dengan gratis? Itulah salah satu karya patung monumental Edhi Sunarso!
Masyarakat kita sangat haus akan ruang publik yang dapat dinikmati secara nyaman dan gratis. Semenjak Monumen Nasional atau Monas dipenjarakan (baca: dipagari) maka masyarakat tidak lagi leluasa untuk mendekatinya, sehingga konsentrasi massa pun beralih ke Bundaran HI di mana patung Selamat Datang ini ditempatkan.
Dua buah karya monumental lainnya yang mengisi ruang arsitektur kota Jakarta yakni patung Pembebasan Irian Barat di Lapangan Banteng dan patung Dirgantara di Pancoran yang nasibnya sedikit mengenaskan karena kini terhimpit di antara dua jalan layang.
Nasib patung Dirgantara di Pancoran mungkin masih lebih baik dibandingkan dengan patung Banteng yang seharusnya ada di keempat penjuru tugu Monas.
Edhi Sunarso, maestro seni patung monumental yang karyanya jauh lebih dikenal dibandingkan sosok diri pembuatnya.
| 22 Agustus 2010 | samidirijono | arsitek |
(Pameran Monumen karya Edhi Sunarso di Galeri Salihara, Pejaten, Jakarta dari tanggal 14-28 Agustus 2010)
Pak Edhi Sunarso, saya pernah melihat pameran "Bung Karno dan Seni" 1979an, di situ saya melihat foto konsep Patung Manusia Dirgantara (Bunderan Pancoran) dilengkapi dengan roda api di tangan kirinya. apakah benar? Alangkah baiknya jika patung Manusia Dirgantara di Bunderan Pancoran dilengkapi dengan roda apinya seperti dalam konsepnya...
BalasHapusMengenai hal itu saya kurang tahu, seingat saya Pak Edhi pun pada waktu itu tidak mengungkapkan hal tersebut, hanya menurut beliau, bahwa Bung Karno memang banyak berperan dalam menyempurnakan karya-karyanya.
BalasHapus