Trotoar dan Pedagang Es Buah di Batusari 4
Trotoar bagi pedestrian (pejalan kaki) di daerah Kemanggisan Utama berbeda dengan di Pejaten apalagi dibandingkan dengan jalan Benyamin Suaeb bekas landas pacu bandara Kemayoran yang tidak punya trotoar. Di Batusari 4 (dahulu Jln. Sakti) tepatnya, kita bisa menemukan trotoar di kedua sisi jalan dengan lebar tidak sampai dua meter yang lebih manusiawi dibandingkan kedua daerah tadi.
Trotoar di sisi selatan diapit aspal jalan dan riol kecil. Sepanjang trotoar ini selain terdapat jalur pejalan kaki yang terbuat dari paving block juga dilengkapi dengan jalur hijau yang terletak di antara jalur pejalan kaki dan riol. Sebetulnya akan lebih baik bila jalur tanaman ini diletakkan di antara jalur kendaraan dan jalur pejalan kaki, agar para pejalan kaki lebih aman dan terlindung. Bila demikian maka tidak terlalu perlu lagi diletakkan pot-pot tanaman dengan jarak tertentu, sehingga jalur pejalan kaki ini menjadi lebih luas. Atau pot-pot ini bila tetap ingin ada bisa diletakkan di sisi riol dan di antara pot-pot tanaman ini bisa diletakkan furnitur, seperti tempat duduk, lampu taman, telepon umum pada jarak-jarak tertentu.
Trotoar di sisi utara yang diapit oleh aspal jalan dan saluran terbuka riol kota yang cukup besar lebih teduh dibandingkan yang ada di sebelah selatan. Di sekeliling pohon-pohon peneduh yang ada di situ dibuatkan pembatas terbuat dari bata dengan ketinggian antara 10-30 cm dan lebar 70 x 70 cm, sehingga masih memungkinkan bagi sang pohon untuk mengembangkan diri. Konstruksi bak pembatas ini tidak begitu kuat, sehingga ketika pohon membesar maka dinding pembatas itu pun mulai retak dan terbelah. Lemahnya konstruksi pembatas ini ada baiknya juga bagi sang pohon sehingga tidak mengganggu perkembangannya. Meski dibuat cukup rendah, pembatas itu pun masih bisa berfungsi untuk duduk apabila pejalan kaki yang melintas di sana ingin beristirahat sejenak untuk melepas penat.
Keteduhan pohon di tempat ini juga mungkin yang mengundang pedagang kaki lima untuk berjualan es buah di sana. Di saat siang hari yang panas terik tentunya ini menggoda para pejalan kaki mau pun pengendara yang dahaga saat melintas di tempat itu untuk berhenti sejenak menikmati segar dan dinginnya es buah yang disajikan apalagi ditambah suasana teduh pepohonan... wah nikmatnya.
Entah ada yang mengatur atau tidak, yang pasti secara ilmu arsitektur penempatan gerobak di tepi jalan yang tegak lurus dari sumbu jalan dengan jarak tertentu adalah cara penempatan yang cukup baik bagi pandangan pengendara yang lewat di sana. Hanya saja dengan cara penempatan seperti itu jadi mengganggu pejalan kaki, mengingat lebar trotoar yang tidak seberapa tadi.
Trotoar meski hanya untuk kita berjalan kaki atau pun bersepeda tetaplah perlu dirancang dengan baik, setiap penempatan perlu diatur dengan baik, perletakan semacam tiang listrik dan rambu-rambu pun tidak sekedar asal taruh, ini perlu agar jalur pedestrian terlihat rapi dan teratur sehingga pengguna trotoar pun senang dan nyaman berjalan di situ, apalagi bila trotoar bisa dilengkapi dengan tempat duduk, lampu, telepon umum, tempat sampah, dan lainnya yang temasuk dalam bagian dari street furniture.
Demikian juga penempatan pedagang kaki lima, bisa saja diperbolehkan asal tetap perlu pula diatur dengan jarak-jarak tertentu atau tempat-tempat tertentu agar tidak mengganggu pengguna trotoar.
Yang tidak kalah penting yang harus dijaga adalah kebersihan lingkungan. Sang pedagang es buah dan teman-teman pedagang lainnya yang berjualan di trotoar tentunya harus bisa menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampahnya ke tempat sampah. Bagaimana dengan kebersihan air untuk mencuci mangkuk atau gelas? Mudah-mudahan yang ini pun juga jadi perhatian para pedagang.
Lingkungan yang bersih dan indah akan menjamin kesehatan kita, yang pada akhirnya bisa meningkatkan kesejahteraan juga, karena biaya untuk berobat bisa dikurangi dan dapat digunakan untuk keperluan lain.
Lingkungan sehat, rakyat sehat, kesejahteraan pun meningkat.
| 2 Mei 2010 | samidirijono | arsitek |
Trotoar di sisi selatan diapit aspal jalan dan riol kecil. Sepanjang trotoar ini selain terdapat jalur pejalan kaki yang terbuat dari paving block juga dilengkapi dengan jalur hijau yang terletak di antara jalur pejalan kaki dan riol. Sebetulnya akan lebih baik bila jalur tanaman ini diletakkan di antara jalur kendaraan dan jalur pejalan kaki, agar para pejalan kaki lebih aman dan terlindung. Bila demikian maka tidak terlalu perlu lagi diletakkan pot-pot tanaman dengan jarak tertentu, sehingga jalur pejalan kaki ini menjadi lebih luas. Atau pot-pot ini bila tetap ingin ada bisa diletakkan di sisi riol dan di antara pot-pot tanaman ini bisa diletakkan furnitur, seperti tempat duduk, lampu taman, telepon umum pada jarak-jarak tertentu.
Trotoar di sisi utara yang diapit oleh aspal jalan dan saluran terbuka riol kota yang cukup besar lebih teduh dibandingkan yang ada di sebelah selatan. Di sekeliling pohon-pohon peneduh yang ada di situ dibuatkan pembatas terbuat dari bata dengan ketinggian antara 10-30 cm dan lebar 70 x 70 cm, sehingga masih memungkinkan bagi sang pohon untuk mengembangkan diri. Konstruksi bak pembatas ini tidak begitu kuat, sehingga ketika pohon membesar maka dinding pembatas itu pun mulai retak dan terbelah. Lemahnya konstruksi pembatas ini ada baiknya juga bagi sang pohon sehingga tidak mengganggu perkembangannya. Meski dibuat cukup rendah, pembatas itu pun masih bisa berfungsi untuk duduk apabila pejalan kaki yang melintas di sana ingin beristirahat sejenak untuk melepas penat.
Keteduhan pohon di tempat ini juga mungkin yang mengundang pedagang kaki lima untuk berjualan es buah di sana. Di saat siang hari yang panas terik tentunya ini menggoda para pejalan kaki mau pun pengendara yang dahaga saat melintas di tempat itu untuk berhenti sejenak menikmati segar dan dinginnya es buah yang disajikan apalagi ditambah suasana teduh pepohonan... wah nikmatnya.
Entah ada yang mengatur atau tidak, yang pasti secara ilmu arsitektur penempatan gerobak di tepi jalan yang tegak lurus dari sumbu jalan dengan jarak tertentu adalah cara penempatan yang cukup baik bagi pandangan pengendara yang lewat di sana. Hanya saja dengan cara penempatan seperti itu jadi mengganggu pejalan kaki, mengingat lebar trotoar yang tidak seberapa tadi.
Trotoar meski hanya untuk kita berjalan kaki atau pun bersepeda tetaplah perlu dirancang dengan baik, setiap penempatan perlu diatur dengan baik, perletakan semacam tiang listrik dan rambu-rambu pun tidak sekedar asal taruh, ini perlu agar jalur pedestrian terlihat rapi dan teratur sehingga pengguna trotoar pun senang dan nyaman berjalan di situ, apalagi bila trotoar bisa dilengkapi dengan tempat duduk, lampu, telepon umum, tempat sampah, dan lainnya yang temasuk dalam bagian dari street furniture.
Demikian juga penempatan pedagang kaki lima, bisa saja diperbolehkan asal tetap perlu pula diatur dengan jarak-jarak tertentu atau tempat-tempat tertentu agar tidak mengganggu pengguna trotoar.
Yang tidak kalah penting yang harus dijaga adalah kebersihan lingkungan. Sang pedagang es buah dan teman-teman pedagang lainnya yang berjualan di trotoar tentunya harus bisa menjaga kebersihan lingkungan dengan membuang sampahnya ke tempat sampah. Bagaimana dengan kebersihan air untuk mencuci mangkuk atau gelas? Mudah-mudahan yang ini pun juga jadi perhatian para pedagang.
Lingkungan yang bersih dan indah akan menjamin kesehatan kita, yang pada akhirnya bisa meningkatkan kesejahteraan juga, karena biaya untuk berobat bisa dikurangi dan dapat digunakan untuk keperluan lain.
Lingkungan sehat, rakyat sehat, kesejahteraan pun meningkat.
| 2 Mei 2010 | samidirijono | arsitek |
Untuk tambahan informasi terkait postingan di atas bisa juga lihat di link : http://pena.gunadarma.ac.id/trotoar-kota-dan-arsitek/
BalasHapusTerima kasih atas tambahan informasi yang Anda berikan. Mudah-mudahan bisa berguna bagi pembaca yang lain juga.
BalasHapus